hari masih pagi, kabut dipepohonan masih menitik satu-satu, basah dan lembab... aku mengerjap-ngerjapkan mata perlahan "Ning sayang... bangun dong, udah kesiangan ne..." suara khasa yang dulu kukenal.... seketika aku terduduk Aa' mataku liar meyapu ruangan, meneliti tiap jengkal apa saja yang kutemui... kosong.... "Ning kopi Aa' mana?" kali ini terdengar dari ruang baca-- seperti yang biasa dilakukan aa' tiap pagi dari ruangan itu-- aku segera turun dari kasur, setengah berlari menuju ruangan itu, tidak ada! "sayang.... 143..." dari sudut ruang tamu, aku berlari ke tempat tersebut, tapi yang kutemukan hanya hampa.... aku terduduk... astagfirullah.... mengapa hingga dtik ini tak mampu kuhapus bayangannya di seantero sudut rumah ini? sepi melanda, cericit burung bahkan tak mampu kudengar.... "ning bantuin dong nyari metode ngajar..... sayang sekarang lagi edisi gombal-gombalan loh.... Ning, menurut teori ini.... Ning ini... Ning itu" aku mendongak dan kutemukan Aa' di kursi malah ruang baca, kutemukan Aa' di sofa, di samping rak buku, dekat komputer, berdiri di pintu, dengan senyum khasnya yang tertarik sebelah, kutemukan mata sipitnya bertebaran seiring dengan senyum itu... banyak Aa' pagi ini... betapa aku sangat menyayanginya.... menghormatinya.... mengaguminya... (maaf.....)
segera aku berlari, menguyur badan dengan wudhu' bibir tak henti melafadzkan dzikir... Allah maafkan aku jika belum mampu, bening ikhlas... ikhlas... ikhlas... nurani terdalam berkata.... maka pagi itu kuhabiskan sisa pagi dengan melafadzkan ayatNya...
segera aku berlari, menguyur badan dengan wudhu' bibir tak henti melafadzkan dzikir... Allah maafkan aku jika belum mampu, bening ikhlas... ikhlas... ikhlas... nurani terdalam berkata.... maka pagi itu kuhabiskan sisa pagi dengan melafadzkan ayatNya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar