Waktu merangkak perlahan, dan tentunya tak akan pernah sama, bahkana arakan awan yang berjejer di langit setiap sepersekian sekon juga pastinya berbeda.... bening termenung lama, matanya mengerjap-ngerjap, dan ini adalah renungan yang kesekian... bening terpekur, kini tak ada lagi bahu yang akan menompangnya saat terluka, pun tak ada lagi tangan kokoh yang akan menjaga saat takut, tak akan pernah ada lagi seseorang yang akan selalu ada saat dibutuhkan, lenyap tak bersisa... sama sekali, bening bertanya salah apa aku....? apakah aku sedemikian kejam denganmu A'? tapi pertanyaan itu tak pernah terjawab, hanya menjadi gaung di lembah terdalam pikiran....Aa' untuk sekedar bertemu saja sudah tak sudi, apalagi menjelaskan semuanya...
seperti waktu yang berarak, maka masih segar sepertinya kala Aa' menatap tulus bening "aku tak tahu kapankah langkah ini akan berlabuh pada sebuah muara hingga anganmu tak lagi menjadi bayang semu bagiku" pun masih baru-baru ini juga rasanya saat dengan sungguh-sungguh Aa' berjanji "Kita adalah sepasang rel kereta api yang berjalan beriringan tapi akan berhenti pada stasiun yang sama" serasa manis mengingat semuanya, serasa indah percaya pada Aa'.... tapi seperti waktu yang berputar, maka begitulah juga rasa.... tepat sebulan Aa' torehkan luka "Aku cuma main-main kok sama kamu, jadi lupakan saja semuanya...." serasa dipukul dengan palu godam, segitu tegakah? ada apa..... kenapa? ada yang salah....?
maka kali ini bening benar-benar terpekur, mata dukunya memandang langit, menerobos kejauhan, berharap Aa' juga akan memandang langit yang sama, bening sama sekali tak marah, cuma tentunya kecewa....
mata dukunya yang Bening berkedip, ada satu tetes yang jatuh..... aku menimbang-nimbang, ada beberapa alasan hingga Aa' pergi...
kali ini bening terduduk, sedih tentu saja! aku sudah sedemikian percaya,
Selama Aa' bahagia dengan pilihannya, why not? selama ini Aa' mungkin tak pernah bahagia, bening hanya sebuah cerita pelengkap yang menjadi bumbu, maka rasa itu tak benar-benar ada di hati, sehingga dengan mudah saja dibuang.... harusnya bening tau
"bening.... dalam hidup manusia tentunya pernah jatuh, dia tak pernah mati cuma tak akan pernah berjalan seperti dulu lagi" sebuah suara menggema dari lubuk hati terdalam.... membangun sebuah komitmen itu ibarat membangun sebuah rumah, tak perlu bagus atau mewah apalagi mahal, yang penting terdiri dari empat tiang saja sudah cukup tiang pertama adalah kesetiaan, tiang kedua adalah kasih sayang, tiang ketiga adalah saling pengertian, dan yang keempat adalah kejujuran, seperti juga sebuah rumah, ada kalanya atapnya bocor, dan untuk menambalnya butuh sebuah kata lagi yaitu kekompakan! namun ... jika keempat tiang tersebut roboh, maka untuk membangunnya butuh dua tangan, karena kalau hanya dibangun dengan satu tangan maka akan timpang dan tak akan pernah jadi rumah yang diinginkan....
seperti waktu yang berarak, maka masih segar sepertinya kala Aa' menatap tulus bening "aku tak tahu kapankah langkah ini akan berlabuh pada sebuah muara hingga anganmu tak lagi menjadi bayang semu bagiku" pun masih baru-baru ini juga rasanya saat dengan sungguh-sungguh Aa' berjanji "Kita adalah sepasang rel kereta api yang berjalan beriringan tapi akan berhenti pada stasiun yang sama" serasa manis mengingat semuanya, serasa indah percaya pada Aa'.... tapi seperti waktu yang berputar, maka begitulah juga rasa.... tepat sebulan Aa' torehkan luka "Aku cuma main-main kok sama kamu, jadi lupakan saja semuanya...." serasa dipukul dengan palu godam, segitu tegakah? ada apa..... kenapa? ada yang salah....?
maka kali ini bening benar-benar terpekur, mata dukunya memandang langit, menerobos kejauhan, berharap Aa' juga akan memandang langit yang sama, bening sama sekali tak marah, cuma tentunya kecewa....
mata dukunya yang Bening berkedip, ada satu tetes yang jatuh..... aku menimbang-nimbang, ada beberapa alasan hingga Aa' pergi...
- Bosan, merasa bosan dengan semuanya, sehingga mencari-cari alasan yang tak bisa dipahami
- Ada yang lebih baik dari Bening, sebagai manusia biasa tentunya banyak hal yang ditemuinya kadang kala lebih baik dari apa yang dia miliki, maka tak jarang pepatah yang mengatakan rumput tetangga lebih hijau benar kayaknya
- karena apa yang ada dalam bening, suatu hari Bening mangajak Aa' ke rumah, rumah Bening yang sederhana dengan perabot seadanya, membuat semua alis yang ada akan bertaut tak suka, tentunya banyak orang menginginkan lebih, tapi ternyata hanya itu yang ada... so beginilah jadinya....
- Bening buat kesalahan yang tak pernah Aa' ungkapkan, kejujuran sudah mulai terkikis
kali ini bening terduduk, sedih tentu saja! aku sudah sedemikian percaya,
"Selama ini kita baik-baik saja mbak..." keluh ning bingung pada mbak L yang kebetulan mengaerti permasalahannyaBening bingung, amat bingung, "Ini demi masa depan kita, sebelum semuanay terlalu jauh, aku ingin mengakhiri.... toh aku cuma main-main kok!. lupakan saja semuanya!" deretan kata keluar dari bibir yang sudah aku kenal dua tahun ini, nyaris tak percaya, ada apa?
"Mungkin ada kesalahan yang kamu perbuat dan nggak kamuy sadari?" balasnya, tangannya menggenggam tangan mungil bening, menguatkan
Bening terdiam.... toh kita selalu bilang satu sama lain kalau ada hal yang masing-masing tidak kami sukai.... ada apa?
"yaudah! kamu pikir-pikir aja dulu?" bisiknya perlahan
Selama Aa' bahagia dengan pilihannya, why not? selama ini Aa' mungkin tak pernah bahagia, bening hanya sebuah cerita pelengkap yang menjadi bumbu, maka rasa itu tak benar-benar ada di hati, sehingga dengan mudah saja dibuang.... harusnya bening tau
- Bening hanya sebuah cerita membosankan yang tak berarti sama sekali buat Aa'
- Aa' tak bahagia bersama bening, apa yang bening kasih tak sama dengan yang orang lain beri, so gak salah kalo Aa' ...... bening gak selalu ada buat Aa', gak pernah ada saat Aa' butuh, jika Aa' lebih bahagia dengan yang lain... ikhlaskan....
- kadang kala manusia ingin yang lebih, maka jangan pernah salahkan Aa' dalam hal ini, itu hal lumrah, harusnya dari awal nyadar diri dong ning!
- banyak yang kadang kita buat tanpa disadari, maka tak boleh marah dengan kritik orang, pa lagi itu membangun.... bening hanya manusia biasa yang tentunya tak pernah absen dari salah
"bening.... dalam hidup manusia tentunya pernah jatuh, dia tak pernah mati cuma tak akan pernah berjalan seperti dulu lagi" sebuah suara menggema dari lubuk hati terdalam.... membangun sebuah komitmen itu ibarat membangun sebuah rumah, tak perlu bagus atau mewah apalagi mahal, yang penting terdiri dari empat tiang saja sudah cukup tiang pertama adalah kesetiaan, tiang kedua adalah kasih sayang, tiang ketiga adalah saling pengertian, dan yang keempat adalah kejujuran, seperti juga sebuah rumah, ada kalanya atapnya bocor, dan untuk menambalnya butuh sebuah kata lagi yaitu kekompakan! namun ... jika keempat tiang tersebut roboh, maka untuk membangunnya butuh dua tangan, karena kalau hanya dibangun dengan satu tangan maka akan timpang dan tak akan pernah jadi rumah yang diinginkan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar