Kamis, 27 Mei 2010
KISAH ANAK PERTAMA
Ibu…, aku memang tidak terlalu pintar dibanding teman-temanku disekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat BODOH untukku
Ibu…, aku memang tidak terlalu cantik / tampan dibanding anak dari teman-taman ibu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat JELEK untukku
Ibu …, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat NAKAL untukku
Ibu…, aku memang sering khilaf melanggar aturan Agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat DURHAKA untukku
Ibu…, sampai hari aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagaimana keinginanmu, tapi tolong jangan sampai keluarkan kalimat GAK TAHU DIRI untukku
Ibu…, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan air mata do’amu untukku dan jangan pula sepatah kata laknatpun keluar dari bibirmu, Ibu itupun kemudian meneteskan air matanya, apa arti air mata ibu ini ?
Alkisah Beberapa tahun kemudian…., seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh…saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. ”Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.
Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adik nya?” ”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita : ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” kata sang Ibu.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”
Apa jawab sang ibu..???
Apakah anda ingin tahu jawabannya..???
…...Dengan tersenyum ibu itu menjawab :
”Ooo …tidak, tidak begitu nak….Justru saya SANGAT SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”… Pemuda itu terbengong….
………, sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini ? bagaimana pula kakak-kakak kita ? lalu bagaimana pula dengan ibu dan Ayah kita…………., apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata do’a untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini ? kemarin ? atau esok ?
………, Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca semua peristiwa itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA ? tetapi APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTA DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN ?
Kisah...
Suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat segera menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tiodak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik dan mulai membasahi kaki Cinta.
Tak lama kemudian Cinta melihat kekayaan sedsng mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.”
Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan, tolong aku!”, teriak cinta. Namun Kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi sampai ke pinggang dan cintapun mulai panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan.”Kecantikan , bawalah aku bersamamu”, teriak Cinta. “Wah Cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini”, sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat Kesedihan. “Oh Kesedihan bawalah aku bersamamu”, kata Cinta. “Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja…”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta sudah mulai putus asa, ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “Cinta, mari segera naik perahuku”. Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itulah Cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan orang tua itu kapada penduduk tua di pulau, siapa sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua itu tadi?, dia adalah Waktu,” kata orang-orang tersebut. “Tapi kenapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan untuk menolongku”, tanya Cinta heran. “Sebab hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu…”.
BUAT AA...
Sajak dari Seorang Lelaki
-yang dibacakan angin saat aku dicumbu hening-
izinkan
kusalin bahasa cahaya dari kerlingmu
menjadi perekat rindu dan melati dalam doa-doaku
suatu waktu kujalin, jadi sutra yang menutup
kilau rambutmu yang bergelombang
sedang aku adalah satu sampan di sana
izinkan
kutemukan di celah daun, dan kelopak yang gugur
tarianmu yang hilang
dipungut waktu, meski beratus tahun aku membatu
cinta, melalui senjamu yang ganjil dan hening
kutangkap geliat angin, keriap air, patahnya reranting
dan kau ketukkan kata
"Aku menunggu lelaki bersayap"
izinkan. kata dan doaku adalah sayap yang menjagamu
dari hujan paling basah dan cuaca paling kerontang (horison,2008)
Tuhan, Beri Aku Batu Karang
-di lautku, malam ini saja-
kukubur gelisah dalam-dalam
di ceruk yang dalamnjya tak terkatakan.lalu ku bawa dengan gerak cahaya
menjauh darimu, menghitung jarak antara usia pertama hingga uzur tiba
sedang nyala luka yang sempat kau tiupkan dengan sihir yang melantakkan
peta-peta masa depan "adalah miniatur menjulang yang kubangun dari kumpulan hari yang kutumpuk, rindu jadi tiang langit"
kau lempar dekat perapian
kuurai benang yang kau rekat kuat-kuat
di sekujur tubuh dengan dzikir pada bait-bait malam dengan keringat dan air mata juga duri-duri mawar kata yang pernah kau serahkan
berserakan di pelatran sepiku. kueja luka dan Dia menjanjikanku sepasang tawa
kubuka gelisah diam-diam
kubuka sepucuk surat kebencian dari tatapanmu yang dialamtkan kepada nasibku. kubaca dengan gagah, kuiris hatiku sendiri.
karena aku memintanya dengan sangat puitis.darah.keringat.miris.tangis.dan doa menjelma
kupungut peta mimpiku.kuluruskan, jadi album berjuta luka. jadi kertas yang ditancapkan duri-duri mawar.
aku getir.aku geliat. ingin memusnahkan kata-kata
Tuhan beri aku batu karang!di lautku malam ini saja...
Kamis, 20 Mei 2010
Hanya Buat Dia Seorang
sebesar dan setulus apapun rasa ini, tetap tak bisa di paksa. anugrah rasa yang Dia berikan sedemikian agung, maka simpan saja di hati toh juga paham... Aa semakin jauh saja...
maka akan ku kenang ia selalu, akan ku tuang rasa sayang, rindu dan cintaku cukup di sini saja... tidak untuk yang lain... hingga detik ini hanya buat Aa seorang, dia yang sudah tak ada lagi di sini, hanya buat dia yang telah buat aku menangis ribuan kali, hanya buat dia yang mampu membuka mataku untuk mengagumi dan berbagi dengan yang lain. hanya buat dia yang entah dimana sekarang... hanya buat dia seorang
Masih di sini
Sabtu, 08 Mei 2010
Sebentar
"Udah dulu ya, aku pergi" aku mengangkat alis kecewa mau kamana kok cepet banget?
"Tunggu!" spontan dan tanpa tendeng aling-aling, Aa berhenti berbalik arah dengan alis terangkat dan bibir mengkerucut
"Ada apa?" aku kebingungan, enfungsikan segera kemampuan otak kiri untuk menjawab pertanyaan Aa
"Bening pengen dicopyyin lagu dari hp Aa" yaps pas!, segera kuserahkan Hp membiarkannya bergulir ke tangan lebar itu. kembali merasa nyaman dengan adanya Aa di dekatku, tak peduli mungkin Aa sudah punya yang lain lagi di luar sana--seperti yang tertulis di Fbnya-- tak peduli sama sekali, bahkan jika memang lagu yang di transfer Aa tak ada aku tak peduli... asal Aa ada di sini sebentar saja bersamaku, hanya sebentar...
Andai Aa Ada di Sini....
jendela yang lupa kututup tadi sore dihantam-hantam angin, malam ini sepertinya cuaca juga tak lagi berpihak pada bumi. aku terduduk di pojok, lemah, takut tak berdaya dan SENDIRIAN! dengan badan menggigil hanya mampu memandangi jendela dengan tirai yang tertiup angin, mengharap ada kejaiban yang bisa menutup rapat dan memberi kehangatan di seluruh ruangan ini. sekian ribu detik terdiam akhirnya dengan lunglai aku berjalan menghampiri jendela, menutup jendela dengan buru-buru, merasakan gigil yang amat saat lantai porselen menyentuh kulit demamku.
"jaga kesehatan ya sayang..." selalu saja Aa bilang seperti itu saat aku sudah membandel gak mau dengerin kalo disuruh istirahat. dan saat ini betapa aku merindukan saat-saat seperti itu. sudah lebih seminggu terkulai lemah, tak tau penyebab sakit, sendiri, cuti gak masuk kerja, izin gak kuliah...sendiri! benar-benar sepi...
aku memandang nanar ke langit-langit, mencari titik ternyaman yang bisa kujadikan tumpuan mata untuk menerawang. menghela nafas berat, dan membiarkan tangan meraih hape seluler yang tergeletak sepi di samping bantal. memencet nomer yang sudah kuhapal di luar kepala 0878xxxxxxxx tapi lagi-lagi urung kulakukan. aku ingin aa di sampingku memberi tangannya menyentuh keningku yang sudah mencapai titik 39 derajat. aku ingin Aa datang membiarkan dada bidangnya kusandarai hingga aku merasa aman... aku ingin aa ada di sini.... gaung harapanku terpantul di seluruh ruangan. andai Aa ada di sini...andai Aa tidak pernah pergi, bernagai macam "andai" juga turut serta menemani gundahku... aku kangen Aa. ingin dia benar-benar ada di sini di sampingku, walau hanya untuk malam ini saja...
FUIHHH
Menerimanya berarti harus siap untuk terluka
Menerimanya kemungkinan ditinggal juga ada
Menerimanya wajib bersabar
dan aku masih menunggung di sini ...
fuiiiihhhhhhh
Minggu, 02 Mei 2010
beberapa detik setelahnya...
tepat di sini di dada ini terasa sakit banget, walau sudah berusaha mengatasinya, dan mereka-reka kemungkinan terburuk ini akhirnya sakit juga... sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttt bangeeeeeeeeettttt
seperti ada bongkahan es yang menusuk tepat di tengah, mengarah simetris pada ulu paling dalam. perih bangetttt.
Allah, turunkan sedikit ikhlasmu kepadaku...
Meski Perih
semoga bahagia... sering bertanya memang, apakah masih ada sisa untukku? fuiihhh... lelahnya memikirkan itu... harus segera membuang jauh-jauh palgi udah tau kenyataannya
meski perih... kata Vieera