Jumat, 08 Oktober 2010

Menangislah...

Aku berjalan kelu, langit mendadak runtuh dengan tiang tempat memegang kendali tiba-tiba ambruk. selancar yang kupegangi sendari dulu terlepas ikut bersama beliung siang bolong yang mendadak mampir di tiap baris ceitaku kali ini. lunglai, lesu, lemas, tiada gairah... beberapa bulir air mata bahkan sudah tak tahan untuk keluar. berjuang keras aku menahan buncah kesal di hati...

ini adalah kali yang kesekian mungkin, bahkan aku tak kuasa menghitung entah ini air mata yang keberapa, aku menangis tentu, tidak rela, sedih, terluka, kecewa... Aaku jatuh cinta lagi. bahkan dibalik itu semua akupun bertanya dalam hati, mencoba mengikhlaskannya meski berat, merenungi tiap hari yang selama ini kulewati tanpa sedikitpun bayangnya... dan jawabannya sungguh ironis, aku masih menyayanginya... sama seperti dulu, tak berubah, tak tergeser, hingga saat inipun, aku menyayanginya...

"Bening..." sebuah tangan menepukku lembut, aku tersentak. melihatnya sekilas kemudian tertunduk lagi

"Dengan Aa lagi...?" 

"Tidak, tidak, bukan" aku mencoba mengelak. menepis berbagai macam prasangka buruk yang nantinya akan memojokkan Aa. sebuah helaan nafas terdengar tepat di telingaku

"kamu kuat, kamu hebat! sesibuk apapun kamu akan selalu tampak tenang. sesakit apapun kamu akan tetap kamu tahan. sehebat apapun masalah kamu akan tetap dibawa tersenyum dan riang. cuma satu, hanya satu hal yang bisa membuatmu seperti ini... hanya satu orang Aa. bener!" nada suara terakhirnya seakan tak terima, menekan dengan segenap kekuatatan tak terlihat, melindasku dengan sebuah tanda seru telak, hingga aku sama sekali tak mampu menjawab. aku terdiam, tertunuk dalam, dalam sekali. dengan air mata yang sudah tak tahan lagi untuk aku tumpahkan

lagi-lagi dia menghela nafas, terdiam dalam geming yang menyeliuti kami. hingga beberapa saat kemudian dia menepuk tanganku, menggengamnya erat disana. aku menoleh memperhatikan kibaran kerudungnya, membalas menggenggam erat tangannya, sesaat kami hanya terdiam tanpa suara. aku menahan malu, mengingaty betapa selama ini akulah yang selalu menyediakan punggung untuknya, memberikan telinga tentang kesahnya...

"Bening... seperti yang selalu kau katakan selama ini padaku... menangislah, menangislah, karena menangis itu tidak apa-apa" dan akupun menangis, benar-benar mengeluarkan tuntas air mata yang tertahan beberapa bulan terakhir inbi. aku menangis...

Selasa, 06 Juli 2010

..........

Ada banyak wanita cantik di luar sana. maka terima kasih untukmu yang pernah menyelipkan aku yang tak ada apa-apanya di antara hidupmu...

terima kasih untukmu yang pernah memberi kesempatan buatku mengenal cinta...
terima kasih untukmu yang sedikit banyak memberi pelajaran tntang hati...
terima kasih...

Rabu, 16 Juni 2010

Senja itu

Gegap gempita suara penonton. riuh rendah tepuk tangan yang menyertainya. pun saat pondium kukuasai dengan sempurna. saat itu jarum jam mencapai titik 09.00 dalam lari maratonnya. aku masih menunggu, ragu! mataku berulang kali melayang pada gerbang di depan sana. menunggu sosok itu datang. menunggu Besok gak bisa dateng kayaknya. jam siangan dikit berangkat ke luar kota itu yang kau sampaikan semalam sebelumnya. sebelum jam itu kan bisa? batinku berharap.

Maka jadilah aku tetap menunggu. saat dengan sempurna aku berdiri tegak di samping beliau, tokoh nasional yang menjadi impianku seribu tahun mungkin. sebuah senyum haru ku lempar, dengan penuh seluruh.

namun tak henti mata ini menyusuri tiap wajah yang ada di bawah sana, sesekali memandang kejauhan, berharap ada sosok jangkung dengan mata sipit yang akan muncul di sana. menunggu menunggu menunggu...

sebuah sambutan yang dengan ikhlas kupersembahkan buat dia dengan segala inspirasinya, seakan percuma. aku tetap menanti menunggu. di bilangan menit yang ke tiga puluh dari angka sembilan aku masih menunggu. tapi dia tak datang.

Senyum masih mampu kurebak dengan sempurna, jutaan selamat dan luapan rasa bangga dari banyak pihak terus mengiringi hingga aku duduk total di kursi rotan. namun aku tak mampu mengajar leher ini kompromi, karena berkali-kali itu pula tetap melongok ke pintu gerbang. memandangi tiap sekon keajaiban yang akan di tebar Tuhan di sana. tapi tidak ada!

sebelumnya sudah mengundang di jauh hari bahkan sebulan sebelum acara. berharap dengan penuh agar bisa hadir di sana. memberi senyum tulus satu kali itu saja. itu pinta sederhanaku.

sebgagai luapan terima kasihku yang telah banyak membatuku selama ini. sebagai ungkapan rasa syukurku dengan kuasa Tuhan yang mempertemukanku denganmu. sebagai bentuk rasa hormat tak bertepiku pada kamu yang dalam bentuk seperti apapun atau bagaimanapun kata orang tetap menjadi yang paling membanggakan buatku. hari itu saja aku mohon...

hari sudah sedemikian sore. pondium telah dibereskan, kursipun telah terlipat rapi siap untuk di bawa. sampah yang tersisa telah diangkut. aku masih berdiri di gerbang, memandang jauh ke depan, menanti dengan sabar dengan tetap berbaik sangka. keringat bercampur debu menetes satu persatu. membasahi dengan genap seluruh dahi hidung telinga dan pipi. bahkan tungkaipun telah gemetar menompang badan. namun tetap bertahan dan tak bergeming. melihat berkali-kali pada layar ponsel, sejurus detik setelahnya menghunjamkan pandangan ke depan. berharap akan muncul sesosok di kejauhan sana.

"Dia gak bakal datang Bening" sebuah tepukan halus merangkulku dari belakang
"Siapa?" aku mengelak
"Jangan bohong" kawanku tersenyum bijak. aku menunduk, menggenggam erat dua buku yang sudah kubingkis rapi semalam sebelumnya

Melangkah gontai, memaksa leher agar tak lagi menoleh ke arah jalan berharap dia benar-benar nyata. ada ribuan rasa kecewa, sedih, sebel, marah, benci, mangkel, memaklumi, harap, cemas, khawatir campur aduk di sna. tapi ternyata percuma. ingin sekali mengungkapkan dengan bahasa verbal, hingga tak mengendap ke dasar hati. ingin sekali meluapkan segalanya. namun yang ku bisa hanya melempar dua bingkis buku yang telah basah oleh keringat ke atas lemari. setelah itu berbalik pergi, menghampiri senja yang kian sempurna saja. dengan mata tak lepas memandang kejauhan, pada satu titik entah itu apa...

Senin, 14 Juni 2010

Buntu!

sejenak berlari dan berhenti.... kemudian berlari lagi....

BUNTU!

Kamis, 10 Juni 2010

TULUS

Meletakkan harga diri di tapal terendah, guna meraba masih adakah sepercik sayangmu di sana, semakin membuatku sulit membedakan antara abu-abu dan hitam putih, yang tertera justru hal membingungkan, atau mungkin sebenarnya tak pernah ada yang tertera di sana.

menyanyangi dengan tulus tana pamrih sedikitpun ataupun tanpa mengharap balasan apapun ternyata sangat sulit, bahkan kerap terbentur berbagai macam hal yang untuk dibayangkan saja tak mau aku lakukan.

aku menempatkanmu di ruang terkhusus dalam bingkai hati ini, tanpa tahu apakah kau juga menempatkanku di ruang yang sama, atau mungkin hanya di salah satu sudut kosong yang sedikit tersisa. aku tak tahu!. hidup dalam segala kemungkinan membuatku selalu meraba-raba. membuatku lelah, teramat lelah.

sekaranglah saatnya muhasabah diri, tetap tulus menyanyangi karena Allah, tanpasedikit pamrih sekalipun, tanpa syarat yang selalu dibentangkan kuasa, tanpa apa-apa dan mengharap apa-apa.

kelak jika Aa sempatkan membaca tulisan ini, maka bacalah bagian ini berulang-ulang. bahwa aku masih tetap menyayangimu tanpa syarat, tanpa pamrih. tulus... sekuat tenaga akan berusaha membuatmu nyaman tak terusik. maaf jika selama ini terlalu banyak merepotkanmu, maaf juga untuk semua salahku maaf...

Kamis, 27 Mei 2010

KISAH ANAK PERTAMA

Di suatu pagi yang cerah dengan udara yang sejuk di sebuah pedesaan, seorang ibu sedang bercengkerama dengan ketujuh anakya, kegembiraan dan kebahagiaan serta kebersamaan terbangun dalam keluarga itu, selang beberapa saat kemudian sang anak pertama melontarkan kalimat-kalimat bijak kepada ibunya,

Ibu…, aku memang tidak terlalu pintar dibanding teman-temanku disekolah, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat BODOH untukku

Ibu…, aku memang tidak terlalu cantik / tampan dibanding anak dari teman-taman ibu, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat JELEK untukku

Ibu …, aku memang tidak penurut seperti anak-anak yang lain, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat NAKAL untukku

Ibu…, aku memang sering khilaf melanggar aturan Agama karena ketidakberdayaanku, tapi tolong jangan sampai engkau keluarkan kalimat DURHAKA untukku

Ibu…, sampai hari aku belum mampu membalas segala jasamu dan belum mampu membahagiakan sebagaimana keinginanmu, tapi tolong jangan sampai keluarkan kalimat GAK TAHU DIRI untukku

Ibu…, kalau sampai hari ini aku masih sering lupa mendoakanmu karena kesibukanku, tolong jangan hentikan air mata do’amu untukku dan jangan pula sepatah kata laknatpun keluar dari bibirmu, Ibu itupun kemudian meneteskan air matanya, apa arti air mata ibu ini ?

Alkisah Beberapa tahun kemudian…., seorang pemuda terpelajar dari Surabaya sedang berpergian naik pesawat ke Jakarta. Disampingnya duduk seorang ibu yang sudah setengah baya. Si pemuda menyapa, dan tak lama mereka terlarut dalam obrolan ringan. ”Ibu, ada acara apa pergi ke Jakarta ?” tanya si pemuda. “Oh…saya mau ke Jakarta terus “connecting flight” ke Singapore untuk menengok anak saya yang ke dua”, jawab ibu itu. ”Wouw… hebat sekali putra ibu”, pemuda itu menyahut dan terdiam sejenak.

Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah, anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu? Bagaimana dengan kakak dan adik-adik nya?” ”Oh ya tentu”, si Ibu bercerita : ”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Malang, yang keempat berkerja di perkebunan di Lampung, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, dan yang ke tujuh menjadi Dosen di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ”Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ?” Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ”Anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.” kata sang Ibu.
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu… mungkin ibu agak kecewa ya dengan anak ibu yang pertama, karena adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi seorang petani?”

Apa jawab sang ibu..???
Apakah anda ingin tahu jawabannya..???

…...Dengan tersenyum ibu itu menjawab :
”Ooo …tidak, tidak begitu nak….Justru saya SANGAT SANGAT BANGGA dengan anak pertama saya, karena dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertani”… Pemuda itu terbengong….

………, sejenak kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana kondisi adik-adik kita hari ini ? bagaimana pula kakak-kakak kita ? lalu bagaimana pula dengan ibu dan Ayah kita…………., apa yang telah kita berikan untuk mereka, adakah setetes air mata do’a untuk keselamatan dunia dan akhiratnya? Hari ini ? kemarin ? atau esok ?

………, Semua orang di dunia ini penting. Buka mata kita, pikiran kita, hati kita. Intinya adalah kita tidak bisa membuat ringkasan sebelum kita membaca semua peristiwa itu sampai selesai. Orang bijak berbicara “HAL YANG PALING PENTING DI DUNIA INI BUKAN BERTANYA TERUS SIAPA KITA ? tetapi APA KARYA YANG SUDAH KITA CIPTA DAN APA YANG TELAH KITA LAKUKAN UNTUK SAUDARA-SAUDARA KITA DAN ORANG LAIN ?

Kisah...

Alkisah disuatu pulau kecil tinggallah benda-benda abstrak seperti cinta, kesedihan, kekayaan, kebahagiaan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Suatu ketika datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan segera menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat segera menyelamatkan diri. Cinta sangat kebingungan sebab ia tiodak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai untuk mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik dan mulai membasahi kaki Cinta.

Tak lama kemudian Cinta melihat kekayaan sedsng mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” teriak Cinta. “Aduh maaf Cinta, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tidak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.”

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan, tolong aku!”, teriak cinta. Namun Kegembiraan terlalu bergembira menemukan perahu sehingga ia tidak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi sampai ke pinggang dan cintapun mulai panik. Tak lama kemudian lewatlah Kecantikan.”Kecantikan , bawalah aku bersamamu”, teriak Cinta. “Wah Cinta, kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku ini”, sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat Kesedihan. “Oh Kesedihan bawalah aku bersamamu”, kata Cinta. “Maaf Cinta, aku sedang sedih, dan aku ingin sendirian saja…”, kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. Cinta sudah mulai putus asa, ia melihat air semakin naik dan akan segera menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah terdengar suara, “Cinta, mari segera naik perahuku”. Cinta menoleh ke suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat ia naik ke perahu itu tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itulah Cinta baru sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang telah menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakan orang tua itu kapada penduduk tua di pulau, siapa sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua itu tadi?, dia adalah Waktu,” kata orang-orang tersebut. “Tapi kenapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalkupun enggan untuk menolongku”, tanya Cinta heran. “Sebab hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari cinta itu…”.

BUAT AA...

Sajak dari Seorang Lelaki

-yang dibacakan angin saat aku dicumbu hening-

izinkan

kusalin bahasa cahaya dari kerlingmu

menjadi perekat rindu dan melati dalam doa-doaku

suatu waktu kujalin, jadi sutra yang menutup

kilau rambutmu yang bergelombang

sedang aku adalah satu sampan di sana

izinkan

kutemukan di celah daun, dan kelopak yang gugur

tarianmu yang hilang

dipungut waktu, meski beratus tahun aku membatu

cinta, melalui senjamu yang ganjil dan hening

kutangkap geliat angin, keriap air, patahnya reranting

dan kau ketukkan kata

"Aku menunggu lelaki bersayap"

izinkan. kata dan doaku adalah sayap yang menjagamu

dari hujan paling basah dan cuaca paling kerontang (horison,2008)

Tuhan, Beri Aku Batu Karang

-di lautku, malam ini saja-

kukubur gelisah dalam-dalam

di ceruk yang dalamnjya tak terkatakan.lalu ku bawa dengan gerak cahaya

menjauh darimu, menghitung jarak antara usia pertama hingga uzur tiba

sedang nyala luka yang sempat kau tiupkan dengan sihir yang melantakkan

peta-peta masa depan "adalah miniatur menjulang yang kubangun dari kumpulan hari yang kutumpuk, rindu jadi tiang langit"

kau lempar dekat perapian

kuurai benang yang kau rekat kuat-kuat

di sekujur tubuh dengan dzikir pada bait-bait malam dengan keringat dan air mata juga duri-duri mawar kata yang pernah kau serahkan

berserakan di pelatran sepiku. kueja luka dan Dia menjanjikanku sepasang tawa

kubuka gelisah diam-diam

kubuka sepucuk surat kebencian dari tatapanmu yang dialamtkan kepada nasibku. kubaca dengan gagah, kuiris hatiku sendiri.

karena aku memintanya dengan sangat puitis.darah.keringat.miris.tangis.dan doa menjelma

kupungut peta mimpiku.kuluruskan, jadi album berjuta luka. jadi kertas yang ditancapkan duri-duri mawar.

aku getir.aku geliat. ingin memusnahkan kata-kata

Tuhan beri aku batu karang!di lautku malam ini saja...

Kamis, 20 Mei 2010

Hanya Buat Dia Seorang

Hanya mampu mengingatnya diam-diam di sini. betapa selama ini sudah menjadi demikian lemahnya dengan menunjukkan kerapuhan di depannya..., baru tersadar dan wajib dihentikan... walau bagaimanapun, harus bangkit!

sebesar dan setulus apapun rasa ini, tetap tak bisa di paksa. anugrah rasa yang Dia berikan sedemikian agung, maka simpan saja di hati toh juga paham... Aa semakin jauh saja...

maka akan ku kenang ia selalu, akan ku tuang rasa sayang, rindu dan cintaku cukup di sini saja... tidak untuk yang lain... hingga detik ini hanya buat Aa seorang, dia yang sudah tak ada lagi di sini, hanya buat dia yang telah buat aku menangis ribuan kali, hanya buat dia yang mampu membuka mataku untuk mengagumi dan berbagi dengan yang lain. hanya buat dia yang entah dimana sekarang... hanya buat dia seorang

Masih di sini

Menjangkau Aa saat ini sungguh terlalu jauh... fuihhh, hanya bisa menulisnya di sini saja bahwa ikhlasku tetap tak bersyarat, bahwa tulusku masih seperti dulu, bahwa aku satu-satunya orang yang masih menganggapmu paling hebat dari semua orang yang pernah bermukim di bawah atap langit ini. bahwa aku masih akan terus memandangmu dengan mata berbinar yang sama tak ada perubahan sedikitpun...

Sabtu, 08 Mei 2010

Sebentar

Aa datang!. aku bersorak senang, membiarkan mataku menjelajah di setiap jengkal wajahnya, kuperhatika lekat, takut ada yang tertinggal walau setitik. Aa bening kangen... ingin sekali membisikkan kata-kata itu... tapi aa tampak asyik dengan dunianya...
"Udah dulu ya, aku pergi" aku mengangkat alis kecewa mau kamana kok cepet banget?
"T
unggu!" spontan dan tanpa tendeng aling-aling, Aa berhenti berbalik arah dengan alis terangkat dan bibir mengkerucut
"Ada apa?" aku kebingungan, enfungsikan segera kemampuan otak kiri untuk menjawab pertanyaan Aa
"Bening pengen dicopyyin lagu dari hp Aa" yaps pas!, segera kuserahkan Hp membiarkannya bergulir ke tangan lebar itu. kembali merasa nyaman dengan adanya Aa di dekatku, tak peduli mungkin Aa sudah punya yang lain lagi di luar sana--seperti yang tertulis di Fbnya-- tak peduli sama sekali, bahkan jika memang lagu yang di transfer Aa tak ada aku tak peduli... asal Aa ada di sini sebentar saja bersamaku, hanya sebentar...



Andai Aa Ada di Sini....

Aku terbangun tengah malam, tepat saat jam menunjuk sudut siku-siku dengan simetrisnya. terduduk dan kaget, sekujur tubuh panas, badan menggigil kedinginan. panas!

jendela yang lupa kututup tadi sore dihantam-hantam angin, malam ini sepertinya cuaca juga tak lagi berpihak pada bumi. aku terduduk di pojok, lemah, takut tak berdaya dan SENDIRIAN! dengan badan menggigil hanya mampu memandangi jendela dengan tirai yang tertiup angin, mengharap ada kejaiban yang bisa menutup rapat dan memberi kehangatan di seluruh ruangan ini. sekian ribu detik terdiam akhirnya dengan lunglai aku berjalan menghampiri jendela, menutup jendela dengan buru-buru, merasakan gigil yang amat saat lantai porselen menyentuh kulit demamku.
"jaga kesehatan ya sayang..." selalu saja Aa bilang seperti itu saat aku sudah membandel gak mau dengerin kalo disuruh istirahat. dan saat ini betapa aku merindukan saat-saat seperti itu. sudah lebih seminggu terkulai lemah, tak tau penyebab sakit, sendiri, cuti gak masuk kerja, izin gak kuliah...sendiri! benar-benar sepi...

aku memandang nanar ke langit-langit, mencari titik ternyaman yang bisa kujadikan tumpuan mata untuk menerawang. menghela nafas berat, dan membiarkan tangan meraih hape seluler yang tergeletak sepi di samping bantal. memencet nomer yang sudah kuhapal di luar kepala 0878xxxxxxxx tapi lagi-lagi urung kulakukan. aku ingin aa di sampingku memberi tangannya menyentuh keningku yang sudah mencapai titik 39 derajat. aku ingin Aa datang membiarkan dada bidangnya kusandarai hingga aku merasa aman... aku ingin aa ada di sini.... gaung harapanku terpantul di seluruh ruangan. andai Aa ada di sini...andai Aa tidak pernah pergi, bernagai macam "andai" juga turut serta menemani gundahku... aku kangen Aa. ingin dia benar-benar ada di sini di sampingku, walau hanya untuk malam ini saja...

FUIHHH

Kepadanya yang kupercayakan hati ini.....

Menerimanya berarti harus siap untuk terluka
Menerimanya kemungkinan ditinggal juga ada
Menerimanya wajib bersabar

dan aku masih menunggung di sini ...

fuiiiihhhhhhh

Minggu, 02 Mei 2010

beberapa detik setelahnya...

aku tersenyum nanar memandang layar yang kelap-kelip di depanku, mengusir linangan air mata yang memaksa untuk menganak sungai, walau berusaha lapang, ternyata sakit juga rasanya....

tepat di sini di dada ini terasa sakit banget, walau sudah berusaha mengatasinya, dan mereka-reka kemungkinan terburuk ini akhirnya sakit juga... sakiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttt bangeeeeeeeeettttt

seperti ada bongkahan es yang menusuk tepat di tengah, mengarah simetris pada ulu paling dalam. perih bangetttt.

Allah, turunkan sedikit ikhlasmu kepadaku...

Meski Perih

Membaca status baru di layar Facebook Aa membuatku menggulung senyum. ADA YANG BARU! jeles pasti, manusia biasa juga, biarpun ditahan-tahan agar tetap tabah tetap aja ada yang sakit, terus saja ada rasa gak rela. tapi demi mendengar kalo Aa emang sudah tidak sedikitpun menyisakan rasa sayangnya... maka harus mundur pelan-pelan dan melangkah ke belakang secara teratur. Pasti dan wajib! walau sakit...

semoga bahagia... sering bertanya memang, apakah masih ada sisa untukku? fuiihhh... lelahnya memikirkan itu... harus segera membuang jauh-jauh palgi udah tau kenyataannya

meski perih... kata Vieera

Kamis, 29 April 2010

Tak Bisa

tak bisa dirku tanpa detik tidak memikirkanmu,
tak bisa hati ini tanpa kebik mengingatmu
tak bisa rasa ini tanpa tanya mengenaimu

tak kuasa hatiku tanpa bisa menahan sayang ini
tak kuasa aku tanpa rindu sepanjang jarak terhadapmu....

adakah kau sedikit mendengar? walau ku tulis di sini, dilembar tak bergaris yang selalu menemani ceritaku...

Aa... betapa aku sayang kamu hingga detik ini

Selasa, 27 April 2010

SAKIT

Saat terbangun kemudian sadar kalau Aa tak lagi di sampingku, saat itulah aku tahu bahwa dada bidangmu tak bisa ku sandari lagi, bahwa tanganmu tak lagi bisa sentuh aku, bahwa desah nafasmu sudah tak berhembus pada jarak terdekat denganku... aku menyadarinya baru-baru ini... meraba-raba dalam gelap, dalam lembah terdalam yang menamakan dirinya hati hingga menemukan di sana... Aaku aku kangen... enam kata inilah yang selalu membuatku tergugu tiap malam, membuatku bersmpih dan menangis... alangkah sakitnya rasa sepi yang menggantung jelas di relung terdalam yang menamakan dirinya hati...

Aku kangen Aa bahkan saat Aa menulis sudah tidak lagi mencariku dalam gelap, Aku rindu Aa saat dengan tegas Aa menerjangku halus... dan aku masih sayang Aa saat ternyata sudah tidak ada lagi puing-puing indah itu. tak berbekas sama sekali di hati Aa...

AKU BENCI....

Aku benci, dengan kamu yang pernah hadir di kehidupanku
aku benci, dengan aku yang masih juga mengingatnya
aku benci, saat tau kau tidak lagi seperti dulu
aku benci, ketika tahu kau benar-benar pergi
dan aku sangat benci dengan diriku sendiri yang masih mengagumi... menyayangi... kangen di proporsi yang sama padamu...
aku teramat benci karena aku sangat-sangat sangat menyayangimu

Kamis, 25 Maret 2010

IRONIS

...Aa masih nunggu angkot nie
Ini adalah sms Aa, saat aku mengatakan kalau aku ada di kota tempat Aa kerja. deg! Aa mau kesini?! rasa girang menyelusup, seneng, senyum-senyum sendiri rasa lapar akibat puasa sunnah seharian hilang terasa, langsung saja memanggil taksi, dengan riang mengatakan pada sang sopir agar mengantarkan pada tempat pemberhentian taksi.sepanjang jalan memandang dengan riang, suasana jad serba indah, sampah yang berserak di sepanjang trotoar jadi indah, pengendara yang melanggar peraturan jadi seperti kasatria, bahkan pertengkaran antar sopir karena berebut angkot terlihat eksotis, ironisnya lagi ongkos taksi jadi dibayar tiga kali lipat, parah! benar-benar terjankit virus yang entah apa namanya.
duduk manis di bangku reot samping trotoar, langit sudah mulai menggelap, bahkan knalpot mobil sudah mulai menyesakkan dadaku, tapi harus bertahan!jadilah penantian ini berlanjut, takpeduli jarum jam yang sudah maraton hingga di detik 3.600 x 3, teta bertahan!.

senyum yang semula mengembang sudah mulai mengerut, bahkan hati yang berbunga-bunga sudah amat was-was, puluhan angkot yang berhenti terlewat begitu saja tanpa ada batang hidung Aa. harap-harap cemas aku lekat memandang angkot terakhir yang penuh sesak, dan tidak ada Aa di sana!.
...Aa jadi kan ke sini?bening nunggu loh!.......
sebuah sms meminta kepastian yang ironis, terkirim tepat dimenit kesekian ribu dari jarum yang tak jua mau berhenti.
Aa: Lain kali saja, masih sibuk nie...
terperangah tak percaya,
kaget
kecewa...
bening: loh bening sudah di sini lebih dari dua jam loh!jadi dari tadi cuma
becanda yah?

Aa: loh dari tadi emang Q pernah bilang mau kesana? krang ja masih sibuk
nie

ces! seperti ada satu jarum yang tepat menancap ke ulu hati, sakit! jelas sudah, aku tertunduk lunglai, menatap gamang pada Hp yang dari tadi berbunyi, dari temen yang sudah nunggu dari tadi, meminta kepastian apakah aku akan ikut pulang atau mau ditinggal.

termangu tak percaya dengan apa yang terjadi, mencoba berdamai dengan hati yang pasti marah, kecewa dan terluka. malu amat sangat malu, jelas! malu pada diri sendiri, malu pada temen dan terlebih malu pada Aa, harusnya bisa menafsirkan kedaan ini dari awal. maka saat terdengar suara adzan, pertanda halal sudah ku lepas puasa, yang bisa ku lakukan untuk menjalankan sunnah utamanya untuk seorang shoum adalah dengan menelan bulat-bulat permen kiss yang bertuliskan "MAKASIH YA" yang awalnya ingin ku berikan buat Aa

aku menunduk kelu, entah karena apa, memang harusnya tak usah kelu. dan aku yang kata orang tegar dengan segala situasi, selalu berusaha melawan sesuatu tanpa tangis, maka kali ini aku benar-benar menangis, tangis tanpa suara, isak tertahan...IRONIS!

Kamis, 25 Februari 2010

Surat....


Aa tercinta....

kalau surat ini bisa kusampaikan kepadamu, tujuannya adalah untuk menyatakan bahwa aku merindukanmu... menyayangimu... menghormatimu... hingga detik inipun begitu, aku sayang kamu...

saat aa meninggalkanku, hati ini teramat pedih, tapi yang lebih menyakitkan lagi adalah karena kau pergi tanpa jejak, membuatku mencari di tiap kebik langit tentangmu, tapi yang kudapat hanyalah mampu meraba-raba dalam kegelapan, aku terluka parah!

cinta kita masih muda dan abadi, cinta yang bergejolak, intens dan lembut. kau telah menjadi sahabat terbaikku, kau memperlakukanku lebih baik dai siapapun sebelumnya dan sejak saat itu. Aku bisa lebih banyak tertawa bersamamu daripada yang pernah aku alami. aku ingin kau tahu--kalau saja aku bisa mengirimkan surat ni, entah kemana--bahwa setiap hari aku mencoba untuk menghidupkan perasaan kembali. sejak kau pergi beberapa saat yang lalu, aku tidak merasakan emosi apapun!

aku menulis surat ini dalam cahaya lilin yang temaram, seperti temaramnya harapanku terhadapmu. aku menangis setiap malam untuk waktu yang lama, dan segala emosiku yang paling dalam tumpah bersama air mata itu. satu-satunya emosi yang aku rasakan adalah rasa bingung. aku akan terus berusaha mencari jalan keluar dari kegalauan ini, mencari kestabilan.
aku ingin mengucapkan terimakasih karena telah memberiku kesempatan untuk mengenalmu sejauh dan selama yang memungkinkan bagimu. keindahan dan ketulusan perasaanku kepadamu akan cukup menompangku selama hidup...

sebelum mengenalmu aku adalah gadis yang mencintai kebebasanku, dan kini akupun telah kembali seperti itu... tapi sekarang aku tahu bagaimana mencintai sedemikian dalam dan dicintai. kau satu-satunya yang tidak mau mencuri kebebasanku, dan satu-satunya yang akan kubiarkan memilikinya. aku tidak membencimu karena telah meninggalkanku, sebab aku mengerti. saat kumatikan lilin akan kurekatkan hatiku untuk selalu mengikuti saranmu agar tidak mencintai terlalu dalam, akan kubiarkan beban menguap bersama asapnya... dan bayanganmu yang tak mampu kuraih, akan aku relakan semampuku, karena sebagai orang yang tak diharapkan aku hanya mampu mendampingimu di dalam hatiku, selama sisa hidupku.... cintaku selamanya.........