Sajak dari Seorang Lelaki
-yang dibacakan angin saat aku dicumbu hening-
izinkan
kusalin bahasa cahaya dari kerlingmu
menjadi perekat rindu dan melati dalam doa-doaku
suatu waktu kujalin, jadi sutra yang menutup
kilau rambutmu yang bergelombang
sedang aku adalah satu sampan di sana
izinkan
kutemukan di celah daun, dan kelopak yang gugur
tarianmu yang hilang
dipungut waktu, meski beratus tahun aku membatu
cinta, melalui senjamu yang ganjil dan hening
kutangkap geliat angin, keriap air, patahnya reranting
dan kau ketukkan kata
"Aku menunggu lelaki bersayap"
izinkan. kata dan doaku adalah sayap yang menjagamu
dari hujan paling basah dan cuaca paling kerontang (horison,2008)
Tuhan, Beri Aku Batu Karang
-di lautku, malam ini saja-
kukubur gelisah dalam-dalam
di ceruk yang dalamnjya tak terkatakan.lalu ku bawa dengan gerak cahaya
menjauh darimu, menghitung jarak antara usia pertama hingga uzur tiba
sedang nyala luka yang sempat kau tiupkan dengan sihir yang melantakkan
peta-peta masa depan "adalah miniatur menjulang yang kubangun dari kumpulan hari yang kutumpuk, rindu jadi tiang langit"
kau lempar dekat perapian
kuurai benang yang kau rekat kuat-kuat
di sekujur tubuh dengan dzikir pada bait-bait malam dengan keringat dan air mata juga duri-duri mawar kata yang pernah kau serahkan
berserakan di pelatran sepiku. kueja luka dan Dia menjanjikanku sepasang tawa
kubuka gelisah diam-diam
kubuka sepucuk surat kebencian dari tatapanmu yang dialamtkan kepada nasibku. kubaca dengan gagah, kuiris hatiku sendiri.
karena aku memintanya dengan sangat puitis.darah.keringat.miris.tangis.dan doa menjelma
kupungut peta mimpiku.kuluruskan, jadi album berjuta luka. jadi kertas yang ditancapkan duri-duri mawar.
aku getir.aku geliat. ingin memusnahkan kata-kata
Tuhan beri aku batu karang!di lautku malam ini saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar